Ketika Istri Harus Bisa Nge-Blog
Setiap orang,
menurut saya, memiliki sisi idealis dalam hidupnya. Kalau ada yang tidak setuju
dengan anggapan ini, setidaknya, saya yakin, ia pernah punya sisi idealis dalam
dirinya. Kalau juga ternyata tidak, saya yakin ia pernah berpikiran idealistis.
Mengapa? Sebab, setiap orang punya cita-cita dan mimpi. Dan keduanya dekat
dengan idealisme. Saya pun pernah demikian, dalam beberapa hal.
Dulu sekali, ketika
beranjak dewasa, saya pernah punya kriteria calon istri idaman. Saya, ketika
itu, masih berstatus murid sekolah menengah atas tahun terakhir. Tapi, kriteria
yang saya tetapkan, sangat tinggi dan sangat idealis. Dari semua kriteria itu,
hampir tak ada satupun yang berorientansi ukhrawi. Semuanya berbau duniawi. Untuk
menyebutnya di sini, saya agak malu dan sungkan. Jadi, silahkan dibayangkan
saja, ya.
Beberapa lama
kemudian, ketika mulai mengenal dunia blog dan merasa enjoy dengan blog, daftar
kriteria itu saya tambah. Saya ingin, istri saya juga seorang blogger. Sama
seperti saya yang mulai suka dunia blog.
Tentu saja, ada
alasan lainnya. Saya sering kali melihat pasangan blogger yang bertebaran di
dunia maya. Mereka, pasangan itu, saling mengomentari postingan-postingan
pasangannya dengan penuh canda dan mesra. Aduhai, iri rasanya melihat kemesraan
komentar itu saling berbalasan. Ini alasan tambahan, mengapa kriteria harus
bisa blog saya tambahkan di daftar itu.
Sekarang, saya
sudah menikah. Istri saya saat ini sedikit banyak sesuai dengan kriteria calon
saya dulunya. Tapi, minus kriteria terakhir. Walau demikian, saya tetap Alhamdulillah.
Drama pertemuan kami –sebelum menikah- sangat luar biasa; tak terduga, di atas
kapal, di kampung saya. Pertemuan yang kemudian menjadi cerita seru ketika kami
akhirnya menikah.
Sekitar bulan
Oktober tahun 2015 lalu, saya bertemu lagi seorang blogger handal dan penulis
novel. Di about-me-nya, ia perkenalkan dirinya sebagai Bang Syaiha. Syaiha ini
merupakan akronim dari Syaiful Hadi. Ketika itu, saya baru saja menyentuh
kembali blog ini. Dan satu hal –dari sekian banyak hal– yang menginspirasi saya
dari Bang Syaiha adalah komitmennya untuk menulis setiap hari. Dan komitmen itu
ia bangun dengan konsistensi tingkat tinggi.
Saya yang sudah
lama vakum dari dunia blog, kagum dengan beliau. Maka akhirnya, saya juga
bertekad untuk menghidupkan kembali blog ini. Sebagai bentuk komitmen saya atas
rebornnya blog ini, saya hapus semua postingan sebelumnya yang telah
banyak berserakan. Tulisan-tulisan –yang banyak diantaranya hanyalah copy
paste- yang telah ada di sini sejak 2010 itu, saya pindahkan ke alamat berbeda.
Dan jadilah blog ini kembali bersih dan terlahir kembali.
Karena menjadi blog
inspirasi saya, saya sering membuka blog Bang Syaiha tersebut, walau tidak
setiap hari. Dari bongkar-bongkar blognya, saya menemukan fakta yang membuat
saya kembali mengingat kriteria istri idaman saya tempo dulu –ketika belum
menikah. Fakta bahwa Bang Syaiha (juga) beristrikan seorang blogger handal;
Ella Nurhayati, mengingatkan saya bahwa saya pernah menginginkan istri yang
suka menulis di blog.
Cobalah tengok
bagaimana mesra dan penuh kasihnya mereka di komentar-komentar blog
masing-masing; saling balas, saling rayu. Melihatnya, saya lagi-lagi iri dan
senyum-senyum sendiri penuh arti. Sebuah perasaan lama hilang yang kini kembali
menyapa. Lalu, bagaimanakah saya?
Walau istri saya
bukan seorang blogger, setidaknya hidup bersamanya memberi saya banyak
inspirasi menulis. Saya bahagia mendapatkannya, saya bersykur memilikinya.
Tidak berbagi komentar rayu dan canda di blog, bukan berarti kami tidak bisa
berbagi kemesraan. Toh, pada dunia nyata, kami juga bisa bercanda saling merayu
memadu kasih satu sama lain. Itu juga cukup bagi saya.
Anak-anak titipan
Allah yang saya dapatkan darinya juga memberi saya kebahagiaan tersendiri. Kehadiran
mereka, menjadikan saya harus mencari waktu yang pas untuk mengisi dan
meng-update blog ini agar tidak berebutan laptop. Walau terkesan mengganggu,
justru saya tertantang untuk bisa menulis cepat.
Kini, bang Syaihadan istri, mbak Ella Nurhayati akan merayakan hari bersatunya mereka dalam mahligai pernikahan. Sebentar lagi, usia pernikahan pasangan blogger yang
membuat saya iri ini, akan genap 2 tahun. Tidak hanya itu, putra mereka, Alif
Fathul Hadi juga baru saja genap berusia 1 tahun. Putra pertama yang menambah
pundi bahagia rumah tangga keduanya.
Bahagia mereka
adalah bahagia saya. Sebagai muslim, kita dipersaudarakan oleh iman yang sama. Sudah
selayaknya, seorang saudara bahagia dan senang melihat saudaranya juga bahagia.
Bukankah muslim dan muslim lainnya itu bagaikan satu tubuh?
Akhirnya, selamat
berbahagia kepada bang Syaiha dan mbak Ella. Happy #2ndAnniversaryElSya. Semoga bahtera kalian terus melaju
sampai akhirnya berlabuh di pelabuhan penuh kebahagiaan; surga Firdaus,
tempatnya orang yang saling berkasih sayang. Mungkin ada ombak bahkan badai,
tapi, itulah sunnatullah pelayaran. Bang Syaiha sebagai nakhoda harus tetap
optimis agar pelayaran kembali lancar. Semoga bahtera saya dan pembaca semua
juga bisa berlabuh di sana. Aamiin.
*Artikel ini khusus dipersembahkan untuk meramaikan #2ndAnniversaryElSya Bang Syaiha dan Mbak Ella.
Ketika Istri Harus Bisa Nge-Blog
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Thursday, March 31, 2016
Rating:
Sudah saya baca.. Terimakasih ya, mas..
ReplyDeleteTerima kasih sudah diizinkan ikut Bang...
DeleteSudah saya baca.. Terimakasih ya, mas..
ReplyDeleteMenurutku pada dasarnya setiap perempuan punya sifat dasar suka menulis, meski tidak harus lewat blog sih, namun bagi mereka yang sudah menjadi ibu, butuh manajemen waktu yang baik untuk konsisten menulis..
ReplyDeleteMakasih, mbak.
DeleteLain kali, mbak mungkin bisa berbagi tips agar perempuan lebih rajin nulis, khususnya mbak, yang sejak usia 14 tahun sudah nge-blog.....
This comment has been removed by the author.
Delete