Mengelola Peternakan Ide

Di kampung saya nun jauh di seberang pulau, keluarga saya punya peternakan ayam. Namanya kampung, hampir setiap rumah memiliki peternakan ini. Selain mudah, biayanya juga murah. Cukup dengan sepasang betina-jago, lama kelamaan akan beranak-pinak. Ayam yang diternak orang kampung ini biasanya disebut ayam kampung. Walau peternakan murahan, harga ayam kampung dewasa dihargai lebih mahal dari ayam jenis lainnya.

Dahulunya, ayam kampung berasal dari turunan ayam hutan merah. Istilah dunia peternakan, ayam hutan di domestikasi menjadi ayam kampung. Maka nama latinnya adalah gallus demosticus. Seperti hewan hutan lainnya, tentu ayam hutan juga sangat liar. Maka kemudian, ayam hutan yang ditangkap dari hasil berburu, di fasilitasi sedemikian rupa agar tidak liar lagi. Istilah hari ini disebut kandang. Maka jadilah ia ayam hutan ternak alias ayam kampung.

Ide hampir sama kasusnya dengan ayam hutan. Ia liar, cekatan, cepat hilang, datang tak diundang, pergi tak diusir. Ide lebih gila lagi. Ia kadang datang menerobos angan begitu cepat, lalu pergi melesat bagai kilat. Kabur tanpa permisi. Agar ide tak liar dan bisa diternak, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan.

Pada tahap awal, yang harus dilakukan adalah menangkap ide. Banyak cara menangkap ayam hutan. Demikian pula, banyak cara menangkap ide liar. Tidak perlu teori-teori rumit nan ribet. Gunakan saja sumber daya yang dimiliki untuk menangkapnya.

Kadang, ide berkelabat ketika shalat. Karena hati belum sibuk dengan bacaan-bacaan shalat, maka ide liar akan merasuki pikiran. Biasanya, ini terjadi dalam shalat berjamaah bagi makmum. Terlepas dari khusyu' tidaknya, bersyukur saja bahwa ada ide liar yang datang dengan sendirinya. Usai shalat dan berisitghfar 3 kali atas ketidak khusyukan shalat, segera tangkap ide liar tadi.

Bagaimana cara tangkapnya? Gunakan amunisi yang ada. Kalau sedang bawa buku memo, gunakan itu. Kalau tidak ada pulpen, pinjam dulu. Kalau bawa android, dan ini yang paling mungkin, catat segera di -note- yang tersedia. Catat saja ide besarnya, lalu lanjutkan zikir ba'da shalat. Tidak bawa amunisi, ikhlaskan saja idenya lepas. Sambil berharap ia datang sekali lagi.

Mencatat ide pokok, gagasan awal, pokok pemikiran adalah cara menangkap ide yang paling efisien. Catat hal pentingnya saja dulu. Sebagai langkah antisipasi datangnya ide-ide liar, selalu siapkan amunisi siap pakai; buku saku kecil dan pulpennya, atau aplikasi note dalam smartphone. Ketika ide datang diam-diam merayap,  hap, langsung ditangkap.

Setelah ayam hutan tertangkap, ia harus di beri fasilitas dengan sistem keamanan tinggi -agar ia tidak lepas. Sederhananya, ia harus dikandangkan. Kandang ide, tidak harus wah. Esensi dari kandang ini adalah menjaga ide tetap dalam jangkauan dan tidak lepas lagi.

Saat ini, untuk meng-kandang-kan ide, tidak lah terlalu sulit.  Netbook, notebook atau komputer sudah ditemukan di hampir setiao rumah. Ini kandang tercanggih dan terideal hari ini. Di kandang canggih itu, buatlah skat-skat khusus (baca: folder) untuk mengklasifikasi ide-ide yang berhasil ditangkap.

Sejatinya, di tahap inilah proses beternak ayam hutan di mulai. Di sini, konsep peruntukan ayam dijalankan. Apakah untuk digemukkan, dibiakkan, diambil telurnya, dikawinkan dengan jenis lain, dsb.

Ide liar yang telah dikandangkan, harus dibuatkan konsep detail. Pilih satu ide untuk dibuatkan konsep, sesuai dengan peruntukan yang telah ditentukan. Dalam mengkonsep, kadang diperlukan sebuah riset mendalam, mencari bahan bacaan tambahan, diskusi dengan konsultan ahli, dsb.

Ketika konsep peternakan sudah matang, perlakukan ayam hutan sesuai konsep. Beri vitamin dan konsentrat secukupnya jika untuk penggemukan. Pertemukan dengan bibit unggulan jika untuk pengembang-biakan.

Ide yang telah matang konsepnya, harus segera dicarikan referensi tambahan. Di tahap ini, ide sudah harus diberi konsentrat agar terlihat bobotnya. Kawinkan dengan referebsi lain agar terasa keunggulan bibitnya.

Sampai di sini, kita sudah melihat hasilnya. Dari awalnya berupa ide liar, lalu ditangkap, kemudian dimasukkan kandang, dibuatkan konsep matang, hingga jadilah tulisan menarik sesuai dengan konsep yang dibuat sebelumnya.

Kadang, kita juga tidak perlu harus mengikuti alur resmi beternak tersebut. Cukup tangkap ide, dan langsung diolah tanpa harus masuk kandang segala.s Mana saja yang dipilih, intinya tulisan harus jadi.

Yang keliru, kalau ada ide liar yang berkelabat di kepala, tapi tidak segera ditangkap. Kesempatan seperti ini, kadang, tidak datang lagi. Padahal, orang lain harus mengeluarkan biaya besar, hanya untuk mencari ide. Ada yang pergi ke laut lepas, ada yang memilih datang ke pantai, ada yang ke gunung, bahkan ada yang pergi camping ke hutan.

Saat ini, berkat demostikasi ayam hutan dahulu, orang tidak perlu lagi berburu ayam di hutan. Walau diperkotaan stok ayam kampung sudah sangat langka, di desa saya ayam kampung masih ramai berkokok riang dan berkotek senang. Kandangnya dibuatkan dari papan-papan sisa, bahkan dari tebangan bambu tetangga. Jika merasa sudah besar, ayam kampung malas masuk kandang lagi. Iya memilih tidur di dahan pohon, tiang jemuran, dan sebagainya.

Keadaan seperti ini lebih memudahkan dan memurahkan. Pagi-pagi, ayam hanya makan sisa nasi malam. Selanjutnya, seharia ia pergi cari makan sendiri. Malam, ia kembali ke rumah pemiliknya untuk istirahat.

Kalau ide itu seperti ayam saat ini, tentu akan sangat memudahkan. Mau mengolah apa saja, tidak perlu repot. Tinggal tentukan peruntukan, beri "makan pagi", tulisan langsung jadi.

Akhirnya, selamat beternak ide. Selamat memanen tulisan.

#Catatan ini hasil resume diskusi BAM bersama mas Faqih AdzDzaky pada tanggal 17 Mei 2015


Mengelola Peternakan Ide Mengelola Peternakan Ide Reviewed by Ibnu Basyier on Wednesday, May 18, 2016 Rating: 5

3 comments:

Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....

ads
Powered by Blogger.