Tentang Komitmen

Komitmen itu susah-susah gampang, gampang-gampang susah. Gampangnya, tidak perlu banyak teori untuk membuatnya. Tinggal tulis dan list apa yang menjadi komitmen, dan selesai. Mudah dan gampang. Susahnya, ketika harus menjaga komitmen itu agar tetap menjadi komitmen, tidak hanya sekedar menjadi penghias hidup dan pewarna kehidupan. Inilah yang berat dan susah.

Menulis misalnya. Di awal kelahirannya kembali blog ini, saya berkomitmen untuk bisa menulis (untuk blog ini) minimal 2 kali sepekan. Saya memilih Senin dan Kamis sebagai hari menulis di sini. Nyatanya, sudah berapa Senin lewat dan sudah berapa Kamis berlalu. Tulisan saya belum ada satu pun.

Inilah beratnya. Menjaga komitmen kecil ini demikian berat rasanya. Terbayang ketika dulu jadi ikut ODOP yang mewajibkan menulis setiap hari. Bagaimana jadinya saya sekarang jika saya ikut ketika itu? Kemungkinan saya sudah dipersilahkan angkat kaki sebelum kaki admin yang diangkat buat nge-kick saya dari grup.

Dulu sekali, saya pernah ikut ODOJ; one day one juz. Sebuah komunitas yang digagas untuk mengajak orang-orang rajin mengaji. Setiap hari harus menyelesaikan satu juz. Jika hitungannya menggunakan quran mushaf ustmani, 1 juz itu berjumlah 20 halaman. Jumlah yang sangat banyak jika tak punya komitmen dan azzam yang kuat.

Awalnya, ketika ikut gerakan itu, saya bisa mengikuti beberapa saat lamanya. Walau tidak hitungan tahun, beberapa bulan sukses saya lewati dengan beragam ekspresi. Kadang harus ngejar ketinggalan yang belum selesai kemarin. Pernah juga bahkan 2 hari harus dibayar.

Puncaknya, ketika mengikuti sebuah acara selama hampir sepekan, saya hampir tak menyentuh alQuran sama sekali. Otomatis, komitmen saya cacat. Praktis, saya dikeluarkan dari komunitas karena dianggap menggangu konsistensi anggota lain.

Yah, ini cerita tentang komitmen. Harus punya tekad setebal baja untuk menjalaninya. Apapun yang terjadi, tetap harus dilakoni.

Lalu, apa langkah-langkah menjaga komitmen? Nawaitu atawa niat. Just it!