Inilah Jalan Orang Pilihan

Dakwah Sebagai Jalan Hidup

Hari itu, saya memutuskan menggunakan motor seorang diri -sebuah keputusan teledor yang akan sangat saya sesali kemudian hari-. Bagaimanapun juga, urusan ini terlalu penting untuk ditunda lagi.
.
"Bismillah tawakkaltu 'alaLlah," munajatku dalam hati sesaat setelah meninggalkan pintu.
.
Sudah beberapa KM terlampaui, perjalananku tenang dan damai. Hanya beberapa ekor babi kadang berseliweran di badan jalan sepi.
.
"Alhamdulillah, semoga tetap aman sampai tujuan," batinku berharap kepadaNya.
.
Tapi naas, Allah berkata lain. Sepertinya, Ia ingin mengujiku. Ia ingin memastikan komitmenku di jalan dakwah.
.
Sekitar 200-an meter di depan sana, di jalan sepi, seseorang melambaikan tangan hendak mencegat kendaraan saya. Di tangannya terhunus sebuah parang panjang. Kulitnya hitam legam, garis wajahnya keras, rambut keriting; tampilan khas orang Papua.
.
Tiba-tiba, rasa khawatir dan takut menjalari tubuhku. Tenggorokan tercekat. Dada bergemuruh hebat. Tak karuan detaknya.
.
" Ya, Allah, kalau saya mati, catatlah sebagai kesyahidan. Sebab saya sedang di jalan dakwahMu," batinku menjerit menangis kepadaNya.
.
"Tapi, ya Allah, kalau saya tetap hidup, saya berazzam kepadaMu untuk tetap berada di jalan dakwahMu," lanjutku memasang tekad.
.
Dalam kepasrahan, hanya kepadaNya saya memohon pertolongan. Saat itulah, tiba-tiba saya teringat kisah seorang ustadz ketika menghadapi situasi sulit, lalu melantunkan doa kepasrahan tadi.
.
Semakin dekat, semakin dia melambai keras. Benar-benar ingin agar saya berhenti berkendara. Segera.
.
Sampai kemudian, ketika motor saya benar-baner berhenti persis didepannya, ia bertanya. "Mas, ko antar saya dulu ka," katanya tetap dengan wajah keras.
.
Mendengar permintaannya, saya sedikit lega. Sedikit saja. Sebab, parang panjangnya masih membuat saya curiga. Dan di belakang saya nanti, ia bisa melakukan apa saja.
.
"Oke. Naik, bapa," saya memberinya izin tumpangan.
.
Dengan sigap ia naik. Dengan bismillah, saya jalankan kembali motor. Membelah jalan sepi, masuk lorong sempit, melalui hutan, hanya berdua. Dan sejak awal, ia yang mengarahkan jalan.
.
Semakin ke dalam hutan, was-was kembali muncul. Kengerian tiba-tiba merasuki.
.
"Ya Allah, ada apa ini?" Saya kembali membatin di sela zikir yang terus membasahi lisan.
.
****
.
Kisah ini adalah sekelumit perjalanan dakwah seorang kawan saya. Saya ceritakan ulang dengan gaya saya. Sebagaimana yang ia ceritakan langsung kepada saya beberapa bulan silam.
.
Saya tiba-tiba teringat cerita ini ketika mendengar kabar adanya usaha pemberhentian dakwah seorang ustadz di Sidoarjo. Sebelumnya, ustadz tersebut dijadwalkan akan mengisi kajian di Surabaya. Tapi, baru saja info yang disebar, penolakan itu sudah datang.
.
Dan yang terjadi siang tadi di Sidoarjo, bukan hanya penolakan. Tapi, seperti pengusiran. Pelakunya adalah oknum yang mungkin saja kepanasan dengan beberapa ceramah sang ustadz. Entahlah.
.
Tapi, memang begitulah jalan dakwah. Penuh lika dan liku. Jalannya terjal. Dibutuhkan orang-orang berjiwa besar untuk melakukannya. Plus tameng kesabaran agar tidak cepat terpelanting.
.
Seperti yang dilakukan sang ustadz tersebut. Diusir, ia tetap senyum. Dengan bijak, ia menenangkan jamaahnya. Tentu saja, akan buruk citranya apabila anarkisme dibalas dengan anarkisme.
.
Walau akhirnya pergi setelah berceramah sekitar 25 menit, si ustadz menang telak. Ia telah menampilkan akhlak mulia nan terpuji. Dengan sabar dan tenang, ia melangkah meninggalkan tempat kajian.
.
Dan orang-orang yang telah merusak kajian itu, mungkin saja merasa menang. Tapi, apa yang didapat setelah itu? Justru cacian yang mereka dapatkan. Adakah mereka menampilkan sikap muslim yang baik?
.
Saya memang tidak mengenal si ustadz. Hanya sekedar tahu namanya saja. Menghadiri ceramahnya secara langsung juga belum pernah. Tapi, entah mengapa, saya meyakini peristiwa pengusiran itu tetap saja salah.
.
Saya menilainya dari beberapa hal. Pertama, kalau memang ada yang janggal dari ceramah si ustadz, Islam mengajarkan pemeluknya untuk menasihati dengan baik-baik. Tunjuk perwakilan, datangi si ustadz, dialog baik-baik. Sampaikan apa yang dirasa janggal tersebut.
.
Kedua, kalau tidak suka, juga tidak perlu dengan pengusiran. Bukankah ini justru akhlak penduduk Thaif ketika menolak dakwah Nabi? Saya merasa, akan lebih baik sampaikan dengan bijak apa yang tidak di suka dari si ustadz. Agar si ustadz bisa memuhasabah diri. Namanya ustadz, pasti juga salah.
.
Ketiga, saya mencium adanya adu domba dalam kejadian ini. Ada pihak ketiga yang tidak senang dengan persatuan kaum muslimin. Jadilah, mereka berupaya mengadu domba antar muslim. Untungnya, pihak ustadz mengalah. Langkah tepat dan bijak yang membuat pengadu domba kecele.
.
Tapi, yah, inilah jalan dakwah. Jalan pilihan orang-orang terpilih.
Inilah Jalan Orang Pilihan Inilah Jalan Orang Pilihan Reviewed by Ibnu Basyier on Saturday, March 04, 2017 Rating: 5

No comments:

Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....

ads
Powered by Blogger.