King Salman dan Sikap Beragama Seorang Raja
Indonesia mendapat kunjungan dari Raja Salman bin Abdul Aziz. Sebuah kehormatan besar bagi negeri yang punya masalah besar ini. Kunjungan ini juga merupakan kunjungan bersejarah sejak kunjungan terakhir 47 tahun yang lalu. Di tengah gempita dan hebohnya kedatangan beliau dan rombongan, rupanya ada orang mencoba sedikit "mengeruhkan" suasana.
.
Arab Saudi dilabeli dengan negara wahabi oleh segelintir orang. Entah siapa yang pertama kali mengenalkan istilah ini. Yang jelas, golongan yang tidak suka Islam (baca: dakwah salaf yang memurnikan tauhid) yang berada dibalik cap tersebut.
.
Karenanya, ketika datang ke Indonesia, musuh-musuh dakwah mencoba membandingkan antara Raja Salman dengan para dai dan ustadz pentolan Saudi. Tujuannya mungkin untuk mencari pembenaran lewat tindak-tanduk Raja Salman terhadap sikap beragama sebagian orang di Indonesia.
.
Dilihatnya Raja Salman isbal. Mereka juga melihat beliau yang mulia berjabat tangan dengan bukan mahrom. Raja Salman yang foto bareng perempuan juga diperhatikan. Dan setiap tindak-tanduknya juga dinilai. Lalu semua itu, dibandingkan dengan sikap para dai dan ustadz lulusan Saudi.
.
"Mengapa ustadz wahabi getol menyuarakan untuk tidak musbil, padahal Raja Wahabi saja isbal?"
"Mengapa ustadz wahabi intoleran, sedang Raja Salman mau salaman dengan bukan mahrom?"
"Raja Salman jidatnya tidak hitam, wahabi Indonesia mengapa berjidat hitam?"
.
Begitulah kira-kira gambaran pertanyaan untuk membandingkan tersebut. Sebuah perbandingan yang terlalu mengada-ada. Terkesan terlalu dipaksakan.
.
Mengapa?
.
Dalam hal ibadah, setiap yang mengaku muslim diperintah untuk ber-mutabaah kepada baginda Nabi, bukan kepada seorang Raja. Jika tidak, jelas ibadahnya akan tertolak. Sebab mutabaah adalah satu dari dua syarat diterimanya sebuah ibadah.
.
Apa itu mutabaah? Mutabaah berasal dari akar kata tabi'a. Artinya mengikuti. Orang yang mutabaah kepada nabi, artinya mengikuti nabi dalam ibadahnya. Maknanya adalah beribadah berdasarkan tuntunan nabi shallallalahu alayhi wasallam. Tuntunan itu bisa dari praktek ibadah nabi secara langsung, bisa pula dengan arahan langsung nabi dalam hadits-hadits qaulinya yang shahih.
.
Secara tegas, nabi shallallalahu alayhi wasallam mengingatkan:
.
من أحدث في أمرنا هذا نا ما ليس منه فهو رد
.
Man ahdatsa fi amrina hadza ma laisa minhu, fa huwa raddun.
.
"Siapa yang membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami ini, apa yang pada asalnya bukan dari kami, maka sesuatu itu tertolak."
.
Urusan yang dibawa Nabi shallallalahu alayhi wasallam adalah urusan agama. Didalamnya mencakup masalah ibadah. Maka, berdasar hadits dari Aisyah lewat jalur Muslim ini, sesiapa yang mencoba membuat sesuatu yang baru dalam urusan ibadah, maka ibadahnya tertolak. Percuma dan sia-sia.
.
Dari hadits ini, bisa dipahami bahwa urusan ibadah harus sesuai dengan tuntunan nabi shallallalahu alayhi wasallam. Ini mutlak. Tidak bisa ditawar. Karena ibadah yang didasarkan pada selain Nabi shallallalahu alayhi wasallam, akan tertolak.
.
Maka, apapun yang dilakukan Raja Salman, tidak bisa menjadi panutan dalam ibadah. Raja Salman adalah manusia biasa. Bisa salah dan alpa.
.
Betul bahwa beliau adalah pemimpin tertinggi di Saudi; tempat pertama kali Islam ini muncul lalu dari sanalah menyebar ke seluruh penjuru bumi. Tapi, itu tidak berarti seorang muslim harus berkiblat pada Raja Salman dalam ibadah. Tidak.
.
Sebab itulah, keliru rasanya membandingkan sikap beragama Raja Salman sebagai pemimpin tertinggi Saudi dengan para dai dan ustadz jebolan Saudi. Keliru besar. Ini kesannya hanya upaya pembenaran saja. Yang didasarkan kekurangsukaan atas dakwah yang memurnikan tauhid.
.
.
Wallahu a'lam bish shawab.
Arab Saudi dilabeli dengan negara wahabi oleh segelintir orang. Entah siapa yang pertama kali mengenalkan istilah ini. Yang jelas, golongan yang tidak suka Islam (baca: dakwah salaf yang memurnikan tauhid) yang berada dibalik cap tersebut.
.
Karenanya, ketika datang ke Indonesia, musuh-musuh dakwah mencoba membandingkan antara Raja Salman dengan para dai dan ustadz pentolan Saudi. Tujuannya mungkin untuk mencari pembenaran lewat tindak-tanduk Raja Salman terhadap sikap beragama sebagian orang di Indonesia.
.
Dilihatnya Raja Salman isbal. Mereka juga melihat beliau yang mulia berjabat tangan dengan bukan mahrom. Raja Salman yang foto bareng perempuan juga diperhatikan. Dan setiap tindak-tanduknya juga dinilai. Lalu semua itu, dibandingkan dengan sikap para dai dan ustadz lulusan Saudi.
.
"Mengapa ustadz wahabi getol menyuarakan untuk tidak musbil, padahal Raja Wahabi saja isbal?"
"Mengapa ustadz wahabi intoleran, sedang Raja Salman mau salaman dengan bukan mahrom?"
"Raja Salman jidatnya tidak hitam, wahabi Indonesia mengapa berjidat hitam?"
.
Begitulah kira-kira gambaran pertanyaan untuk membandingkan tersebut. Sebuah perbandingan yang terlalu mengada-ada. Terkesan terlalu dipaksakan.
.
Mengapa?
.
Dalam hal ibadah, setiap yang mengaku muslim diperintah untuk ber-mutabaah kepada baginda Nabi, bukan kepada seorang Raja. Jika tidak, jelas ibadahnya akan tertolak. Sebab mutabaah adalah satu dari dua syarat diterimanya sebuah ibadah.
.
Apa itu mutabaah? Mutabaah berasal dari akar kata tabi'a. Artinya mengikuti. Orang yang mutabaah kepada nabi, artinya mengikuti nabi dalam ibadahnya. Maknanya adalah beribadah berdasarkan tuntunan nabi shallallalahu alayhi wasallam. Tuntunan itu bisa dari praktek ibadah nabi secara langsung, bisa pula dengan arahan langsung nabi dalam hadits-hadits qaulinya yang shahih.
.
Secara tegas, nabi shallallalahu alayhi wasallam mengingatkan:
.
من أحدث في أمرنا هذا نا ما ليس منه فهو رد
.
Man ahdatsa fi amrina hadza ma laisa minhu, fa huwa raddun.
.
"Siapa yang membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami ini, apa yang pada asalnya bukan dari kami, maka sesuatu itu tertolak."
.
Urusan yang dibawa Nabi shallallalahu alayhi wasallam adalah urusan agama. Didalamnya mencakup masalah ibadah. Maka, berdasar hadits dari Aisyah lewat jalur Muslim ini, sesiapa yang mencoba membuat sesuatu yang baru dalam urusan ibadah, maka ibadahnya tertolak. Percuma dan sia-sia.
.
Dari hadits ini, bisa dipahami bahwa urusan ibadah harus sesuai dengan tuntunan nabi shallallalahu alayhi wasallam. Ini mutlak. Tidak bisa ditawar. Karena ibadah yang didasarkan pada selain Nabi shallallalahu alayhi wasallam, akan tertolak.
.
Maka, apapun yang dilakukan Raja Salman, tidak bisa menjadi panutan dalam ibadah. Raja Salman adalah manusia biasa. Bisa salah dan alpa.
.
Betul bahwa beliau adalah pemimpin tertinggi di Saudi; tempat pertama kali Islam ini muncul lalu dari sanalah menyebar ke seluruh penjuru bumi. Tapi, itu tidak berarti seorang muslim harus berkiblat pada Raja Salman dalam ibadah. Tidak.
.
Sebab itulah, keliru rasanya membandingkan sikap beragama Raja Salman sebagai pemimpin tertinggi Saudi dengan para dai dan ustadz jebolan Saudi. Keliru besar. Ini kesannya hanya upaya pembenaran saja. Yang didasarkan kekurangsukaan atas dakwah yang memurnikan tauhid.
.
.
Wallahu a'lam bish shawab.
King Salman dan Sikap Beragama Seorang Raja
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Wednesday, March 08, 2017
Rating:
Menarik mas. Mas Aziz memang sosok ayah penulis yang cerdas.
ReplyDeleteMusuh-musuh dakwah ...???
ReplyDeleteTulisan ini menarik. Persis dengan jawaban Ustad kami saat jamaah pengajian menanyakan perihal tindak tanduk Raja yang nganu.
ReplyDelete