"Tadz, Bumi Bundar atau Datar?"

Pagi ini, ketika berada di ruang makan, beberapa santri saya bertanya. Yang saya tangkap, ini bukan pertanyaan. Tapi semacam mencari dukungan atas apa yang selama ini mereka yakini dan percayai.
.
"Ustadz, bumi itu, bulat atau datar?" tanya salah seorang dari mereka. Sebuah pertanyaan yang membuat saya "gimana gitu".
.
Usut punya usut, rupanya ada seorang guru yang membawa berita heboh. Dari beberapa serial video di youtube, berita itu muncul dan membuat keyakinan mereka selama ini perlahan mencair. Bahwa, bumi datar dan tidak bulat.
.
Tak hanya saya. Rupanya, beberapa guru mengaji juga mendapat pertanyaan sama. Ketika keyakinan mereka digugat, tak ada pilihan lain. Mereka lari kepada guru mengaji. Sosok yang diyakini bisa memberi penenang atas keraguan mereka.
.
Bahkan, konon, guru geografi mereka yang seharusnya lebih paham masalah ini, tidak hadir ketika jam mengajar. Saya tetap berhusnudzon bahwa beliau sakit. Bukan karena belum bisa mencari dalil tandingan bahwa bumi ini memang bulat, sebagaimana yang selama ini diajarkan.
.
Setelah mencoba menjawab seperti yang saya yakini, mereka terlihat puas. Setidaknya, mereka memiliki sosok yang bisa dipercayai berdiri di belakang mereka. Mendukung apa yang menjadi keyakinannya. Dan ternyata, jawaban guru-guru mengaji lainnya sama. Lebih menenangkan karena juga membawa dalil.
.
Sambil menjawab, saya hanya bisa menelan air liur. Menjawab sambil menikmati setiap suapan dan asupan menuju mulut mereka, saya menjadi lapar. Saya harus mengakhiri agar diskusi terkait bumi bundar atau datar tidak memanjang. Dan perut segera kenyang.
.
"Masalah ini, terlepas mana yang benar pada akhirnya, tidak perlu terlalu dirisaukan. Tidak perlu harus dipikirkan lebih dalam. Terkait teori penciptaanNya, yang lebih penting adalah lebih mengimaniNya dengan rububiyahNya," saya menjelaskan mencoba bijak menengahi.
.
Saya juga tambahkan, bahwa, jangan sampai hanya karena sibuk mencari mana benarnya, kita lupa tujuan utama kita diciptakan. Ada hak Allah terhadap hambaNya, yaitu, diibadahi dan tidak disekutui.
.
Akhirnya, mereka mengangguk-angguk. Entah setuju atau tidak. Tapi, sarapan saya sudah dingin di ruang sebelah. Dan "bel" tanda jam pertama sebentar lagi akan membuyarkan prosesi makan mereka.
"Tadz, Bumi Bundar atau Datar?" "Tadz, Bumi Bundar atau Datar?" Reviewed by Ibnu Basyier on Thursday, March 02, 2017 Rating: 5

2 comments:

  1. Ini bisa ditulis jadi tantangan misteri loh....tantangan minggu kemarin ustadz

    ReplyDelete
  2. Jangan sampai hanya karena sibuk mencari mana benarnya, kita lupa tujuan utama kita diciptakan.....

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....

ads
Powered by Blogger.