Balada Hari Pertama
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya kesampaian juga asa saya gabung
bersama ODOP. Beberapa bulan lalu, sekitaran
Maret 2016, saya mendapat info dibukanya pendaftaran ODOP. Tapi, sayang sekali.
Info itu telat saya terima. Saya mendaftar sehari setelah ODOP Batch 2 itu
resmi ditutup pendaftarannya.
“Tunggu ODOP Batch 3 dibuka, ya,
Mas,” kata salah seorang admin pendaftaran memberi saya harapan. Tentang kisah ini, saya sudah menuliskannya di link ini.
Beberapa saat kemudian, info
pendaftaran batch 3 datang bersama angin malam. Segar-sejuk menerpa kulit. Ia
menjadi pelepas dahaga. Penyejuk sukma. Asa yang selama ini terpendam, kini
bersemi kembali. Gairah saya perlahan memuncak. Bismillah, saya mendaftar.
Semoga ini menjadi wasilah saya kembali rajin menulis.
Dan hari ini adalah hari pertama saya bersama
tantangan pekan pertama ODOP Batch 3. Tantangannya sangat
sederhana. Menulis selama 5 hari dari Senin sampai Jum’at. Temanya bebas.
Bentuknya terserah. Tapi isinya harus berupa kebaikan. Tantangan yang sangat
mudah menurut saya. Begitu anggapan saya ketika tantangan ini pertama kali
diumumkan.
Tetapi, hari ini, di hari pertama
ini, ketika teman-teman ODOPer Batch 3 sudah pada nyetor tulisan
terbarunya, saya hanya menatap nanar layar retak C3 saya. Seliweran chat-chat
anggota ODOP Batch 3 di grup whatsapp membuat saya tak nafsu berkomentar. Bukan
apa-apa. Hanya tidak PD saja ikut nimbrung ketika tulisan saya satu huruf pun
belum diketik.
Tetapi, malam ini, ketika link
tulisan ODOPer Batch 3 sudah sampai di angka 36, saya baru memulai tulisan ini.
Dan saya masih bimbang akan tema apa yang harus saya tulis. Saya terjebak dalam
sumur kebingungan; apa yang mau ditulis hari ini.
Padahal kemarin, dengan sombongnya,
saya menyatakan tantangan ini akan mudah dijalani. Dengan angkuhnya, pagi tadi saya
membisik, “ah, malam saja saya menulis.” Dan sampai pada kalimat ini, tulisan
ini belum terlihat jelas maksud dan pesannya.
Subhanallahu. Baru hari pertama,
rupanya tantangan ini sudah terlihat beratnya. Padahal awalnya terlihat akan
mudah dijalani. Tapi, mengapa? Baru hari pertama, ide sudah buntu dan macet.
Padahal ada banyak kejadian hari ini yang layak ditulis. Lagi-lagi, mengapa?
Saya jadi teringat dengan sebuah doa
yang diajarkan nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam. Doa ini diriwayatkan
oleh sahabat Anas bin Malik dan dicatat Ibnu Hibban dalam Shahihnya.
(اللَّÙ‡ُÙ…َّ لاَ سَÙ‡ْÙ„َ Ø¥ِلاَّ Ù…َا جَعَÙ„ْتَÙ‡ُ سَÙ‡ْلاً ÙˆَØ£َÙ†ْتَ تَجْعَÙ„ُ الØَزْÙ†َ Ø¥ِØ°َا Ø´ِئْتَ سَÙ‡ْلاً)
“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa”
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan-kesulitan, jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.”
Inilah yang saya lupa. Saya hanya
memasang tekad dan niat. Tapi saya luput dari meminta kemudahan urusan. Saya
terlalu PD dengan kemampuan diri sendiri. Padahal hanya Dia-lah yang memiliki
dan memberi kekuatan itu. Tanpa-Nya, tidak mungkin saya bisa dan mampu.
Rabbi, maafkan hamba-Mu yang lalai
dan luput ini. Ampuni saya atas kelalaian ini. Juga, saya memohon, jadikan
urusan saya dan seluruh ODOPer dalam menulis –sebagai bagian dari implementasi
perintah ber-Iqro’ dariMu– menjadi mudah. Berikan juga kepada kami
keistiqomahan dalam menjalankannya. Engkau pemilik dan penggenggam segala hati.
Tetapkan hati kami selalu dalam kebenaran dan ketaatan kepada-Mu.
Balada Hari Pertama
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Monday, October 03, 2016
Rating:
lanjutkan...
ReplyDeletesampaikanlah, walau hanya 1 ayat pak ustadz.
Tetap semangat Bang NurEdi; sama-sama memberi semangat. Semoga kita bisa istiqomah...
Deletesip saya juga santri, santri sampai akhir hayat
ReplyDeleteMantap, bunda Farhanah. Sekali santri, tetap santri.... Hehe
DeleteMakasih udah bertamu...