Kata yang Menggerakkan
Bapak paruh baya itu tersenyum, kemudian menyalami tangan saya. Beliau mengambil tempat duduk sebelah saya di teras masjid.
.
"Terima kasih Ustadz atas bimbingannya untuk anak kami." Ia mengawali pembicaraan. "Alhamdulillah, sekarang Abil lagi magang di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Malah dia menjadi koordinator bagi teman-temannya." Terang bapak dua anak laki-laki tersebut.
.
Malam itu kami duduk-duduk sambil ngobrol ringan di teras masjid jami' kampung selepas melaksanakan sholat isya berjamaah. Kondisi masjid mulai sepi. Para jamaah satu persatu meninggalkan area masjid ke rumah masing-masing.
.
Jalan raya di depan masjid lalu lintasnya cukup ramai. Maklum, masjid jami' tersebut lokasinya di perempatan jalan besar.
.
"Abil cerita, Ustadz punya kebiasaan yang selalu dilakukan ketika ketemu dengan Abil." Lelaki paruh baya tersebut nampak semangat bercerita. Saya tersenyum melihat wajah cerahnya tersebut, lalu menyela, "Masa‟ sih, pak?". "Iya, Tadz. Abil sendiri yang bilang," jawabnya cepat.
.
"'Sukses, ya, nak, dunia akhirat nya', begitu yang Ustadz bilang, terus tepuk-tepuk punggungnya Abil." Ada rasa kepuasan dalam ceritanya. "Nampaknya, kata-kata Ustadz itu, berkesan bagi diri Abil, dan menjadi salah satu motivasinya pingin sukses kelak," simpulnya.
.
Mendengarnya, saya bingung, heran dan takjub. Bingung, karena lupa dengan kebiasaan saya tersebut. Heran, karenakebiasaan sederhana itu ternyata begitu membekas. Dan takjub, sebab saya tidak pernah membayangkan itu akan menjadi motivasi kesuksesannya.
.
Saya lalu teringat dengan istilah qoulan tsaqilan. Istilah ini sempat muncul dalam salah satu FirmanNya ketika menggambarkan dahsyatnya kandungan alQur'an. Sebab alQuran adalah kumpulan Firman Allah yang berat lagi berbobot.
.
Dahsyatnya kata-kata yang berbobot selalu diperlihatkan oleh Nabi shallallahu alayhi wasallam. Berkat kata-katanya yang bermuatan pesan tersebut, para sahabat tergerak berbuat dengan penuh motivasi.
.
Suatu ketika, misalnya, Rasulullah sedang berkumpul di salah satu sudut masjid Nabawi beserta beberapa sahabat. Tiba-tiba, sambil bangkit-berdiri beliau bersabda, "Abdullah bin Umar adalah sebaik-baik pemuda, sekiranya dia rajin sholat tahajjud."
.
Sabda beliau tersebut sampai di telinga Abdullah bin Umar yang saat itu tidak hadir di masjid Nabawi. "Sejak saat itu, aku tidak pernah meninggalkan sholat tahajud." Begitu pengakuan anak Umar bin Khattab tersebut suatu ketika.
.
Pesan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam tersebut, bagi Abdullah bin Umar, seakan memberi energi untuk bergerak dan berbuat. Kata-kata itu telah membangunkan jiwanya dan menyuntikkan semangat baru. Berkat sabda Nabi yang berbobot tersebut, Abdullah mendapat pencerahan dan tergerak untuk rajin sholat tahajud setiap malam.
.
Itulah qoulan tsaqilan. Perkataan yang berbobot isinya dan mengandung motivasi yang menggerakkan. Perkataan yang berbekas dalam hati pendengarnya dan memberi pengaruh dalam hatinya.
.
Dalam tradisi pesantren, sholat tahajud merupakan salah satu media untuk mengasah jiwa dan spiritual para santri. Selain sholat malam, sarana pengkokoh jiwa berikutnya adalah membaca alquran, membiasakan wirid pagi-sore, hijrah meninggalkan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, bersabar dalam menjalani dakwah, beribadah khusyu dan bersungguh-sungguh dalam berbagai hal.
.
Diyakini, bagi yang rutin mengerjakan shalat tahajjud akan mendapatkan qoulan tsaqilan. Perkataan berbobot tersebut tidak mesti karena kata-katanya puitis. Atau diksi yang tinggi. Tidak selalu juga karena pembicara memiliki intonasi dan kemampuan orasi memukau.
.
Sebaliknya, bisa jadi orang itu ketika berbicara perkataannya sederhana, bahkan biasa saja. Tidak ada istilah keren atau ngetop yang digunakan. Intonasinya pun standar saja, tidak mengebu dan mendayu.
.
Lalu apa penyebab ketertarikan orang kepada pembicaraannya?
.
Letak daya magnetnya pada pengaruh kekuatan jiwa dan spiritual. Dari jiwa ke jiwa. Dan dari hati ke hati. Konektifitasnya spiritual, bukan material. Maka bahasanya tidak selalu verbal yang menyentuh akal semata. Sebab, justru rasa dan emosi mendominasi. Dan aksi merupakan wujud kongkret dari penerimaan pesan yang disampaikan.
.
Sepeninggal si bapak, saya merenung sendiri. Bahkan dalam perjalanan pulang ke rumah, saya masih kepikiran dengan cerita tersebut. Apakah memang Allah menganugerahkan perkataan yang berbobot ketika saya berbicara kepada anak tersebut? Ah, semoga kesombongan tidak merusak hati dan
perkataanku.
.
Saya alihceritakan kembali dari kisah nyata seseorang.
.
"Terima kasih Ustadz atas bimbingannya untuk anak kami." Ia mengawali pembicaraan. "Alhamdulillah, sekarang Abil lagi magang di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Malah dia menjadi koordinator bagi teman-temannya." Terang bapak dua anak laki-laki tersebut.
.
Malam itu kami duduk-duduk sambil ngobrol ringan di teras masjid jami' kampung selepas melaksanakan sholat isya berjamaah. Kondisi masjid mulai sepi. Para jamaah satu persatu meninggalkan area masjid ke rumah masing-masing.
.
Jalan raya di depan masjid lalu lintasnya cukup ramai. Maklum, masjid jami' tersebut lokasinya di perempatan jalan besar.
.
"Abil cerita, Ustadz punya kebiasaan yang selalu dilakukan ketika ketemu dengan Abil." Lelaki paruh baya tersebut nampak semangat bercerita. Saya tersenyum melihat wajah cerahnya tersebut, lalu menyela, "Masa‟ sih, pak?". "Iya, Tadz. Abil sendiri yang bilang," jawabnya cepat.
.
"'Sukses, ya, nak, dunia akhirat nya', begitu yang Ustadz bilang, terus tepuk-tepuk punggungnya Abil." Ada rasa kepuasan dalam ceritanya. "Nampaknya, kata-kata Ustadz itu, berkesan bagi diri Abil, dan menjadi salah satu motivasinya pingin sukses kelak," simpulnya.
.
Mendengarnya, saya bingung, heran dan takjub. Bingung, karena lupa dengan kebiasaan saya tersebut. Heran, karenakebiasaan sederhana itu ternyata begitu membekas. Dan takjub, sebab saya tidak pernah membayangkan itu akan menjadi motivasi kesuksesannya.
.
Saya lalu teringat dengan istilah qoulan tsaqilan. Istilah ini sempat muncul dalam salah satu FirmanNya ketika menggambarkan dahsyatnya kandungan alQur'an. Sebab alQuran adalah kumpulan Firman Allah yang berat lagi berbobot.
.
Dahsyatnya kata-kata yang berbobot selalu diperlihatkan oleh Nabi shallallahu alayhi wasallam. Berkat kata-katanya yang bermuatan pesan tersebut, para sahabat tergerak berbuat dengan penuh motivasi.
.
Suatu ketika, misalnya, Rasulullah sedang berkumpul di salah satu sudut masjid Nabawi beserta beberapa sahabat. Tiba-tiba, sambil bangkit-berdiri beliau bersabda, "Abdullah bin Umar adalah sebaik-baik pemuda, sekiranya dia rajin sholat tahajjud."
.
Sabda beliau tersebut sampai di telinga Abdullah bin Umar yang saat itu tidak hadir di masjid Nabawi. "Sejak saat itu, aku tidak pernah meninggalkan sholat tahajud." Begitu pengakuan anak Umar bin Khattab tersebut suatu ketika.
.
Pesan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam tersebut, bagi Abdullah bin Umar, seakan memberi energi untuk bergerak dan berbuat. Kata-kata itu telah membangunkan jiwanya dan menyuntikkan semangat baru. Berkat sabda Nabi yang berbobot tersebut, Abdullah mendapat pencerahan dan tergerak untuk rajin sholat tahajud setiap malam.
.
Itulah qoulan tsaqilan. Perkataan yang berbobot isinya dan mengandung motivasi yang menggerakkan. Perkataan yang berbekas dalam hati pendengarnya dan memberi pengaruh dalam hatinya.
.
Dalam tradisi pesantren, sholat tahajud merupakan salah satu media untuk mengasah jiwa dan spiritual para santri. Selain sholat malam, sarana pengkokoh jiwa berikutnya adalah membaca alquran, membiasakan wirid pagi-sore, hijrah meninggalkan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, bersabar dalam menjalani dakwah, beribadah khusyu dan bersungguh-sungguh dalam berbagai hal.
.
Diyakini, bagi yang rutin mengerjakan shalat tahajjud akan mendapatkan qoulan tsaqilan. Perkataan berbobot tersebut tidak mesti karena kata-katanya puitis. Atau diksi yang tinggi. Tidak selalu juga karena pembicara memiliki intonasi dan kemampuan orasi memukau.
.
Sebaliknya, bisa jadi orang itu ketika berbicara perkataannya sederhana, bahkan biasa saja. Tidak ada istilah keren atau ngetop yang digunakan. Intonasinya pun standar saja, tidak mengebu dan mendayu.
.
Lalu apa penyebab ketertarikan orang kepada pembicaraannya?
.
Letak daya magnetnya pada pengaruh kekuatan jiwa dan spiritual. Dari jiwa ke jiwa. Dan dari hati ke hati. Konektifitasnya spiritual, bukan material. Maka bahasanya tidak selalu verbal yang menyentuh akal semata. Sebab, justru rasa dan emosi mendominasi. Dan aksi merupakan wujud kongkret dari penerimaan pesan yang disampaikan.
.
Sepeninggal si bapak, saya merenung sendiri. Bahkan dalam perjalanan pulang ke rumah, saya masih kepikiran dengan cerita tersebut. Apakah memang Allah menganugerahkan perkataan yang berbobot ketika saya berbicara kepada anak tersebut? Ah, semoga kesombongan tidak merusak hati dan
perkataanku.
.
Saya alihceritakan kembali dari kisah nyata seseorang.
Kata yang Menggerakkan
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Wednesday, May 03, 2017
Rating:
Nice...
ReplyDeleteMasyaAllah,, makasii bang😊👏
ReplyDeleteDakwah lewat fiksi, sukaaa
ReplyDeleteBener banget... Kalau orang yang rajin ibadah, apalagi shalat malam, perkataannya tuh, walau ringan tapi kok ngerasanya enak didengar dan menghujam kuat ke pendengarnya...
ReplyDeleteUstad-ustad yang menjadi guru saya demikian. Setiap kali memberi nasihat ke saya dkk, walau tampaknya ringan dan sederhana, tapi kami yang mendengar jadi tergerak untuk berubah menjadi lebih baik.
Semoga kita bisa demikian ya, memiliki lisan yang qaulan tsaqilan..
Bang Syaiha
Benar banget, kata kata motivasi...membuat efek positif dalam tubuh kita...begitu juga sebaliknya
ReplyDeleteMoga-moga kita semua bisa istiqomah
ReplyDelete