Mengeraskan Suara kepada Ibu
Saya pernah dapat kabar mencengangkan
dari seorang santri tentang seorang santri. Ketika itu saya sedang memberi
wejangan soal larangan mengeraskan suara di atas suara guru. Dan kabar itu saya
terima setelah sesi diskusi berakhir. Halaqoh sudah bubar.
Sebagai bahan dasar wejangan, saat itu
saya menukil sebuah ayat dari surat alHujurat. Pada salah satu ayat di surat
nomor empat puluh sembilan tersebut, Allah ta’ala menegaskan sebuah larangan. “Hai
orang yang beriman, jangan kalian meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi,”
Allah berfirman dalam ayat kedua, “Dan jangan pula kalian mengeraskan suara
kepadanya sebagaimana kalian berkeras suara satu sama lain.” Kemudian ditutup
dengan, “Ntar pahala amal kebaikan kalian terhapus sedang kalian tidak
menyadarinya.”
"Itu
si Faras perlu dikasih "pencerahan" kayaknya, Ustadz." Ia
langsung menyebut nama seorang santri.
"Ada
apa?"
"Dia itu, kalau telponan sama
ibunya suka bentak-bentak. Keras suaranya." Mendengarnya, saya merinding.
Tidak sanggup membayangkan bagaimana ia melakukan itu. "Tapi giliran
nelpon cewek, suka dilembut-lembutin suaranya."
Saya tidak habis pikir. Saya terdiam
seratus kata mendengar laporan itu. “Kok ada ,ya, anak seperti itu? Santri lagi!”
Salah satu sisi hati saya membatin.
Tapi, saya cepat-cepat sadar. Tidak semua
santri masuk pondok sepenuh hati. Ada yang memang niat sejak awal untuk masuk
sekolah asrama. Tapi beberapa ada yang masuk karena paksaan orang-tua. Ada yang
memang sudah baik sejak awal. Dan ada pula yang berharap bisa berubah setelah
keluar nanti.
Mungkin saja, Faras adalah salah satu
yang masuk karena terpaksa. Karena hatinya sebagian masih di rumah, maka
belajar di sekolah asrama baginya hanya sekedar menuruti kemauan orang-tua.
Kalau sudah begini, alamat wajar ia
berani berkata keras dan kasar kepada ibunya. Sebab memang, ibu-lah yang paling
lembut hatinya. Dan sebab tidak mungkin berkata demikian kepada ayah karena
amarahnya lebih menakutkan.
Sebagai guru ngaji, saya dan tim hanya
bisa mengikhtiarkan kebaikan buat si Faras dan yang lainnya. Tentu, doa dari
rumah harus senantiasa dimaksimalkan. Agar sinergi antara ikhtiar dan doa
saling menguatkan untuk perubahan si Faras. Juga berlaku bagi yang lain.
Di beberapa kasus, ada santri yang
datang karena terpaksa. Setelah enjoy dengan suasana sekolah, senang dengan
lingkungan teman dan asrama, akhirnya betah. Niatnya menjadi seratus persen
untuk belajar.
Mengeraskan Suara kepada Ibu
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Monday, May 08, 2017
Rating:
Semoga Allah melembutkan hati ank tsb
ReplyDeleteAamiin... Saya selalu berharap ia segera berubah.
DeleteSemoga Allah melembutkan hati ank tsb
ReplyDeleteSemoga Alloh melembutkan hati faras
ReplyDeleteAamiin... Istajib, ya Allah....
Delete