Ketika Air Tak Lagi Boleh Digunakan
Bagaimana perasaan anda ketika dahaga begitu terasa, tapi
justru dilarang minum air kecuali seteguk saja? Hal ini pernah terjadi ketika nabi
Daud masih remaja. Thalut, raja Bani Israil, yang melarang hal tersebut. Padahal,
pasukan Bani Israil sedang kehausan setelah melakukan perjalanan panjang.
Bagaimana mungkin dilarang!
“Wahai kaumku Bani Israil,” Raja Thalut menyeru pasukannya, “di
depan nanti kalian akan menyeberangi sebuah sungai. Jangan kalian minum dari
sungai tersebut, kecuali seteguk saja!”
Sebuah larangan yang menurut logika terkesan mengada-ada. Begitu
pula yang mungkin ada dipikiran kebanyakan Bani Israil ketika itu. Raja macam
mana yang melarang pasukannya dari minum air sepuasnya, ketika pasukan tersebut
dilanda dahaga akut. Apalagi, perjalanan tersebut untuk berperang melawan
kezaliman.
Menurut logika, seharusnya mereka bisa memuaskan dahaga di
air sungai tersebut. Sebab, perjalanan jauh menuju medan perang telah mengura
energi mereka. Dan juga, jika berperang dalam keadaan tubuh sudah fit dan segar
kembali, tentu beda efeknya dengan tubuh yang masih lelah dan belum puas
menuntaskan dahaga.
Dan akhirnya, Bani Israil lebih mengedepankan logika mereka.
Perintah dari pemimpin tertinggi tidak dihiraukan. Mata mereka kalap melihat air
sungai yang begitu melimpah di depan mata. Hanya segelintir dari mereka yang
masih taat dengan komando: minum hanya seteguk saja.
Akibat dari pelanggaran Bani Israil tersebut, akhirnya
mereka tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Perut kenyang dan badan segar
rupanya tidak menambah semangat berkobar. Justru sebaliknya, membuat mereka tak
semangat lagi berperang.
“Wahai Raja, kami tak punya kekuatan lagi melawan Jalut dan
tentaranya,” kata perwakilan mereka kepada Raja Thalut. Jalut adalah raja yang
memiliki kekuasaan besar. Tentaranya sangat banyak. Ia bertindak sangat lalim.
Bani Israil yang merasa sering dizholimi oleh raja Jalut,
memohon kepada Allah agar mengangkat raja di antara mereka yang mampu memimpin
perang melawan Jalut. Mereka berjanji akan taat pada raja tersebut nantinya.
Lalu Allah pun memberi ilham kepada mereka untuk mengangkat Thalut sebagai
raja.
Tapi apa daya. Janji Bani Israil hanya di bibir saja.
Larangan meminum air sungai dilanggar oleh sebagian besar mereka. Dan efek turunannya
kemudian, mereka akhirnya tidak mau ikut berperang.
Tersisalah sedikit orang yang setia pada aturan dan
ketetapan Raja Thalut. Mereka adalah oang-orang yang hanya meminum sedikit air
dari sungai tersebut. Mau tidak mau, Thalut dan yang sedikit tersebut
melanjutkan perjalanan menuju medan perang. Termasuk di dalamnya Daud kecil.
Daud kecil akhirnya mampu menumbangkan raja lalim, Jalut.
Kemenangan akhirnya berpihak pada Thalut dan pasukannya yang tersisa. Kerajaan
besar itu akhirnya diambil alih oleh Thalut. Pada masa mendatang, Daud
menggantikan Thalut. Lalu sepeninggal Nabi Daud, Nabi Sulaiman naik tahta
menjadi raja.
Larangan adalah larangan. Tidak memerlukan logika untuk menerimanya sebagai larangan. Yang dibutuhkan adalah taat pada ketetapan. Sekali dilarang, tetap menjadi sebuah larangan. Toh, larangan meminum air sungai tersebut tidak mutlak. Masih boleh minum walau hanya seteguk saja.
Bagi orang yang berpikiran positif, ia akan mencari hikmah dan pelajaran dari sebuah larangan. Tidak malah mengukur ringan-beratnya sebuah larangan. Atau menghitung resiko kecil-besarnya dosa yang ditimbulkan jika melanggar.
Ketika Air Tak Lagi Boleh Digunakan
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Saturday, July 29, 2017
Rating:
No comments:
Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....