Operasi Gagal
“Ngin, lihat.” Angin segera menoleh ke arah yang ditunjuk
Bunga Matahari.
Hari masih pagi. Harusnya ini waktu-waktu sibuk. Tapi di
ujung taman tersebut, pada sebuah bangku panjang, duduk seorang lelaki. Usianya
sekitaran 25-an. Dari tempatnya berdiri, lelaki itu terlihat cemas sambil
sesekali melihat ke jalan.
“Kayaknya dia nunggu seseorang. Hm, pacar, mungkin?” Angin
mencoba menerka.
Bunga Matahari menggelang. “Hei, jangan buruk sangka dulu,
Ngin. Lihat pakaiannya.”
Angin segera menyapukan pandangan ke arah lelaki tadi. Dia perhatikannya
lagi. Si lelaki asing tersebut menggunakan sebuah baju putih lengan pendek
dengan paduan batik di daerah kancingnya. Di kedua sisinya, baju itu terbelah
beberapa centimeter. Necis sekali dengan balutan celana kain hitam yang
dikenakannya.
“Menurutmu, dia lagi nunggu siapa?”
Bunga Matahari segera memutar otak. Tiba-tiba ia melihat
sebuah petunjuk. “Ssstt... Ngin, lihat arah jam 3.”
Beberapa meter dari sisi kanan Bunga Matahari, terlihat
seorang berbadan tegap sedang duduk memasang mata awas. Di telinganya tampak
alat bantu dengar nirkabel. Hampir tak terlihat oleh mata. Pakaian serba hitam
yang digunakannya menandakan ia bukan orang biasa.
“Gerak-geriknya seperti polisi. Bagaimana menurutmu?” Bunga
Matahari membalas cepat dengan senyuman. Ia lalu menunjukkan beberapa orang
lain di titik-titik strategis di luar taman yang mirip dengan orang tadi.
Orang-orang tersebut mengawaskan mata pada lelaki cemas penunggu bangku taman.
“Sepertinya ini akan ada peristiwa OTT,” Angin mencoba
menerka.
“Bukan, ini sedang menunggu “ikan” masuk perangkap,” Bunga
Matahari ikut memberi dugaan.
“Hei, ada ada apa ini ribut-ribut.” Angin dan Bunga Matahari
melirik ke sumber suara. Tampak Bunga Pukul Sembilan yang baru mekar.
Bersamaan dengan mekarnya Bunga Pukul Sembilan, si lelaki
penunggu bangku taman merogoh kantong. Melihat layar sebentar, lalu mengangkat
panggilan yang masuk. Para polisi yang menyamar memasang telinga siaga. Angin
mendekat ke arah bangku.
“Aku tidak mempercayaimu,” suara dari seberang terdengar. “Aku
akan meletakkan paketnya lima belas menit lagi di sebuah tempat. Aku beritahu
lokasinya setelah paket itu tiba.”
“Ba... ba... baik.” Jawab penunggu bangku terbata.
“Hei, apa yang mereka bicarakan, Ngin?” Tanya keduanya hampir
berbarengan.
Angin yang baru kembali dari bangku mencerna kembali apa
yang dia dengar. “Mereka bicara tentang paket. Entahlah, apa maksudnya.”
Polisi arah jam 3 Bunga Matahari tampak sedang
berkoordinasi. Bunga Pukul Sembilan membaca gerak bibirnya. “Aku hanya
menangkap kata ‘ketahuan’. Apa maksudnya?”
“Benar dugaanku,” teriak Bunga Matahari kegirangan. Analisanya
tentang menunggu ikan masuk perangkap benar menurutnya. “Sepertinya Si Ikan
tahu akan diperangkap. Tapi, paket yang dimaksud apa, ya?" Katanya sambil
melirik Angin.
Angin tampak berpikir keras menghubungkan potongan puzzle
pagi itu. Mulai dari lelaki penunggu bangku, polisi-polisi penyamar, lalu
tentang paket, dugaan Ikan menurut Bunga Matahari, hingga potongan kata “ketahuan”
dari Bunga Pukul Sembilan. Dari sisi lain taman, tampak Bunga Mawar memberi
kode pada Angin.
Dalam senyap, Angin segera mendekat. “Ngin, lihat. Seseorang
meletakkan bungkusan di bawahku. Entah apa isinya.”
Angin langsung paham apa yang harus diperbuat. Dilihatnya
jam besar di tengah taman. Sebentar lagi taman dipenuhi anak-anak sekolah yang
istirahat. “War, pegangan yang kuat.” Wuss, Angin menghembus keras. Bungkusan
itu lalu terbuka. Lembaran-lembaran merah segera terbang mengisi udara bersamaan
dengan anak-anak yang keluar dari gerbang sekolah.
Tulisan ini merupakan challenge menulis dengan tema angin. Harus dibuat dalam 200 - 500 kata. Tidak kurang tidak lebih. Karena bingung, jadinya malah bikin fiksi. Sesuatu yang belum pernah saya lakukan.
Tulisan ini merupakan challenge menulis dengan tema angin. Harus dibuat dalam 200 - 500 kata. Tidak kurang tidak lebih. Karena bingung, jadinya malah bikin fiksi. Sesuatu yang belum pernah saya lakukan.
Operasi Gagal
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Monday, July 31, 2017
Rating:
Waah, Pak Ustad jago juga buat tulisan Fiksi...
ReplyDeleteKereen Pak...
Lanjutkan!
Wah, ini saya yakin hanya penghibur buat saya... Hehehe...
DeleteWah keren
ReplyDeleteTernyata jago fiksi juga ya
Sepettinya kata jago di kamus perlu ditinjau ulang ini... :-)
Delete