Akhirnya, Kumenemukanmu!


Selama ini saya hanya mendengar kisah bagaimana sebuah amal sholeh yang dilakukan ikhlas dapat menjadi wasilah terkabulnya sebuah doa dan harapan. Yaitu kisah tiga pemuda yang terjebak dalam goa gelap nan pekat. Mereka tak bisa keluar hingga berdoa dengan wasilah amal sholeh mereka. Kisah itu telah saya dengar dan baca, tapi belum benar-benar saya buktikan, sampai kemarin.
.
Sekitar Ahad kedua bulan April, saya curhat kepada seorang kawan. "Saya ndak punya alQuran lagi nih buat tilawah Ramadhan nanti." Dalam waktu berdekatan, 2 mushaf saya memang hilang. Entah ketelisut atau benar-benar hilang. Saya tidak tahu.
.
"Ente kan ada Quran saku baru kemarin." Saya memang dapat pemberian sebuah quran saku beberapa pekan yang lalu. Sebuah qur'an rasm ustmani cetakan kerajaan Saudi. Saya diberi oleh seorang teman sebagai hadiah sehabis umroh.
.
Saya memang tidak sembarangan menggunakan mushaf. Sesuai pesanan ustadz saya agar tidak gonta-ganti menggunakan mushaf. Sehingga saya hanya mengkhususkan alQur'an khat ustmani cetakan kerajaan saudi untuk keperluan sehari-hari.
.
"Iya. Ndak tahu di mana. Mungkin ada yang pake, tapi nggak dikembalikan ke tempatnya." Saya memang belum bisa memastikan hilangnya. Terkadang, ada yang meminjam sebentar, tapi lupa mengembalikan ke tempatnya. Dan itu memang sering. Saya masih berharap bisa menemukannya di tempat lain.
.
"Yang pemberian abahmu juga hilang?" Teman saya tambah penasaran. Bukan tipe saya kehilangan alQuran. Saya selalu menjaga milik saya agar awet dan tahan lama. Bahkan, agar diketahui milik saya, saya pernah memasang pas foto 3 x 4 di halaman awal quran. "Biar gak cepat hilang," jelas saya jika ada yang bertanya ketika itu.
.
Sepulang umrah Ramadhan tahun lalu, abah memberi saya hadiah mushaf. Ukurannya agak besar. Dua kali ukuran saku. Alquran itu lebih sering saya gunakan di kamar saja. Saya lebih sering menggunakan yang ukuran saku karena mudah untuk mobile.
.
Sayangnya, pemberian abah itu juga hilang. "Iya, bro. Hilang juga. Entah tercecer di mana. Bahkan itu duluan raib." Terus terang, saya sedih. Tapi,  mau bagaimana lagi. Ini sudah taqdir. Mungkin untuk menguji saya yang terlalu angkuh sebab tak pernah kehilangan alQur'an.
.
Bersebab kehilangan dua quran berharga itu, saya jadi banyak muhasabah. Ada dosa apa yang membuat saya diuji seperti ini. Ujian ini, juga berakibat saya tidak bebas membaca kalam suciNya lagi. Malu rasanya harus pinjam terus.
.
Perenungan saya akhirnya membawa saya pada kisah 3 pemuda yang terjebal dalam goa tersebut. Saya tiba-tiba mendapat ilham untuk meniru cara mereka mengharapkan kebebasan dari gelapnya goa. Saya tak ingin terlalu lama jauh dari alQuran, hingga membuat hati menjadi gelap. Saya ingin alQuran saya kembali.
.
Singkat cerita, saya memilih untuk merapikan mushaf-mushaf yang terhambur dan tak tersusun rapi di rak-rak mushaf masjid. Selama ini, saya memang prihatin dengan keadaan mushaf-mushaf tersebut. Yang punya ada. Tapi sayangnya, pemiliknya kurang peka untuk menyusun rapi mushaf-mushaf tersebut setelah digunakan. Diletakkan begitu saja. Dengan susunan tak karuan dan acak-adut.
.
Selepas syuruq Senin harinya, niat itu saya tunaikan. Saya pastikan semua orang di masjid sudah kembali ke kamar masing-masing. Saya tak ingin dilihat orang lain. Saya harus memurnikan niat agar harapan saya kembalinya alQuran yang hilang terwujud. Satu cukup, dua-duanya lebih baik.
.
Empat rak quran pagi itu saya rapikan. Masjid kami memang hanya memiliki 4 rak saja yang dipasang di sudut masjid. Setiap rak terbuka tersebut, memiliki 4 anak rak. Kalau penuh, setiap raknya bisa memuat 50 sampai 60 mushaf.
.
Sekira 20 menit kemudian, rak-rak terlihat lebih rapi. Mushaf-mushaf kini tersusun rapi. Memandangnya lebih enak dan menyenangkan. "Alhamdulillah," batin saya mengucap syukur. Sambil berharap, semoga ini bisa menjadi wasilah kembalinya quran saya yang hilang.
.
Keesokan harinya, saya mendapat ilham lagi. Seperti ada yang menggerakkan hati saya untuk mengecek sebuah lemari. Lemari itu memang ditinggal pergi oleh pemilknya. Kosong. Oleh kawan-kawan dimanfaatkan untuk menyimpan buku-buku bekas yang tak lagi dipakai. Ada juga beberapa lembar pakaian.
.
Saya tak punya firasat apa-apa ketika membukanya. Tapi rupanya, itulah jawaban doa saya. Tepat di depan saya, sebuah mushaf yang saya kenal baik terpampang di depan saya. Kondisinya sedikit jamuran. Mungkin pengaruh dinding lembab. Dan benar. Itu adalah mushaf pemberian abah Syawal tahun lalu.
.
Subhanallahi. Saya tak bosan mengucap syukur. Benar-benar keajaiban bagi saya. Padahal lemari itu ada di kamar saya. Dan tidak seorang pun yang tertarik membukanya. Dan Allah justru gerakkan saya untuk membuka lemari yang nyaris berjamur tersebut.
.
Kini, Alhamdulillah, saya tak perlu galau tak punya Quran untuk Ramadhan tahun ini yang kurang beberapa hari lagi. Saya meyakini, kembalinya Quran tersebut bersebab wasilah merapikan mushaf-mushaf di rak masjid kemarin.
.
Wallahu a'lam.
.
Ini kejadian nyata. Dialihceritakan oleh saya atas cerita seseorang. Semoga ada manfaatnya.
Akhirnya, Kumenemukanmu! Akhirnya, Kumenemukanmu! Reviewed by Ibnu Basyier on Thursday, April 27, 2017 Rating: 5

2 comments:

Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....

ads
Powered by Blogger.