Kala Sinyal Makan Terjaga

Adalah kesyukuran, anak-anak saya mempunyai selera makan yang hebat. Ayah-bunda yang memiliki anak seusia anak saya, juga takjub karena kehebatan mereka dalam makan-memakan. Dan diantara anak-anak saya, si bungsulah yang memiliki sinyal makan paling kuat.
.
Suatu kali, saya pulang larut malam. Ada rapat yang menyita energi dan waktu. Via whatsapp, permaisuri kabari anak-anak sudah hampir lelap. Itu tanda bahwa saya kehilangan kesempatan (lagi) untuk menemani anak-anak tidur.
.
Sampai di rumah, mereka sudah pulas. Nyenyak sekali. Tak ada beban. Sisa rapat yang saya bawa ke rumah dibongkar sama permaisuri. Ada makanan berat, ada juga yang ringan.
.
"Ada juga hikmahnya telat pulang," saya berbisik tapi masih terdengar jelas.
.
"Kita bisa makan berdua," dan senyum mengembang terhias di bibir permaisuri. Kecupan mesra mendarat sebentar di sana.
.
Tiba-tiba, "Maam!" Bassam, si bungsu, terbangun. Ia yang sudah mulai disapih bangun minta makan. Padahal biasanya, ia bangun berucap, "Cucu," sambil menunjuk dot susunya.
.
Saya dan istri saling pandang takjub. Ini pertanda, sinyal makan si bungsu bekerja dengan baik. Bahkan sudah tertidur sekalipun, sinyal itu masih mampu menangkap aroma makanan.
.
Memiliki anak dengan sinyal dan selera makan seperti ini, banyak baiknya. Salah satunya adalah tidak susah mencari makanan tertentu buat mereka. Apa saja, selagi enak dan halal, habis dilahap. Tapi, tetap saja kadang menyusahkan.
.
Malam ini, misalnya. Makan malam jelang maghrib tadi, kami menyantap bubur ketan plus kacang ijo. Alhamdulillah, semua kenyang. Bahkan mereka tak sanggup menghabiskan karena volume perut yang memang terbatas.
.
Akhirnya, saya turun tangan menghabiskan yang tersisa tersebut. "Biar gk mubazzir," argumen saya selalu kalau istri mempertanyakan kelakuan saya.
.
Tapi, apa daya. Selepas isya tadi, hampir di jam tidur, si bungsu tiba-tiba merengek. "Maam," katanya sambil menarik ujung baju bundanya. Telunjuknya mengarah ke belakang. Tempat di mana biasanya makanan tersaji rapi.
.
Istri tentu saja kalang kabut. Karena makanan hari itu sudah habis. Dan bubur maghrib tadi adalah makanan terakhir. Tidak ada lagi.
.
"Maam," si bungsu tetap saja tak mau tahu. Tahunya, harus ada makanan. Inilah repotnya. Tapi memang begitulah anak-anak. Masa di mana mereka menjadi raja.
.
Untung saja, ada beberapa permen susu yang masih di simpan oleh istri. Sebungkus cukup untuk mendiamkan si bungsu. Sebungkus lagi untuk membujuk si kakak karena cemburu tidak diberi.
.
Begitulah. Yang penting ada makanan yang bisa di makan,  maka itu bisa menjadi jawaban tiap kali ada aba-aba "maam".
.
Walau kuat makan, saya heran dengan satu hal dan juga bersyukur atas hal itu. Bobot badan anak-anak saya begitu-begitu saja. Memang tiap bulan ada kenaikan. Tapi, itu kenaikan wajar dan proporsional. Bukan karena banyak makan, mereka lalu menjadi gendut.
.
#30DWCJilid5
#Day5

Kala Sinyal Makan Terjaga Kala Sinyal Makan Terjaga Reviewed by Ibnu Basyier on Saturday, April 15, 2017 Rating: 5

7 comments:

Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....

ads
Powered by Blogger.