Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Asrama (1)
Diperlakukan
berkeadian adalah dambaan setiap insan. Siapapun dia. Begitupula dengan rakyat
asrama (baca:santri). Mereka, layaknya insan lainnya, ingin diperlakukan adil.
Dan tidak senang jika diperlakukan berbeda dari santri lainnya.
Suatu kali, saya
menghukum seorang santri yang dengan sengaja meninggalkan shalat jamaah. Sebut
saja namanya Imran. “Push up aja, Tadz.” Ia mencoba memilih hukumannya
sendiri. Untuk hukuman standar, biasanya, saya minta mereka olahraga mengitari
lapangan dengan jalan jongkok. Dan si Imran keberatan dengan “olahraga”
tersebut.
“Yang lain
dihukum jalan jongkok. Ntar apa kata mereka kalau kamu memilih hukuman
sendiri?” Saya harus berlaku adil dengan menyamaratakan hukuman. Satu jalan
jongkok, yang lain juga harus seperti itu.
“Saya gak bisa, Tadz.”
Imran kukuh dengan permintaanya. Keputusannya sudah bulat, tampaknya. Ia tidak
ingin dihukum seperti yang lain.
“Kaki saya sakit.”
Lanjutnya sambil memperlihatkan kaki kirinya yang sedikit memar. Sepertinya,
itu bekas tubrukan dengan sesuatu. Mungkin setelah main futsal. Bisa juga
karena latihan beladiri.
Menimbang rasa
sakit yang bertambah jika dipaksa jalan jongkok, akhirnya saya bolehkan push
up. Kalau jalan jongkok tumpuan ada pada kaki, maka push up ada pada tangan.
Itu lebih adil baginya. Sebab kalau dipaksa jalan jongkok, itu akan
menzoliminya.
Melihat Imran mendapat
hukuman yang beda dari biasanya, beberapa santri protes. “Tadz, Imran kok
ringan hukumannya?” Mereka akhirnya mencari keadilan. Normalnya, push up memang
lebih ringan dari jalan jongkok. Maka wajar protes itu keluar.
***
Sebagian kita
beranggapan bahwa adil itu sama. Dan itu tidak salah. KBBI mengatakan, adil
adalah sama berat dan tidak berat sebelah. Yang satu dihukum jalan jongkok,
yang lain juga harus jalan jongkok. Itulah hukuman yang berkeadilan. Benarkah?
Benar bahwa adil
itu sama dan tidak berat sebelah. Tetapi memaknai adil dengan makna seperti itu
belum cukup. Ada faktor-faktor lain yang mendukung untuk menilai sebuah
keadilan. Adil memang sama. Tapi tidak selalu harus sama.
Seorang anak usia
6 tahun tentu beda dengan anak usia 16 tahun. Sama-sama anak. Dan sama-sama
punya hak untuk diperlakukan adil. Jika yang usia 6 tahun diberi sangu sebelum
sekolah, maka yang 16 tahun juga harus diberi uang saku. Itu adil. Tapi apakah
harus sama nilai dan jumlahnya? Tentu tidak!
Anak usia 6
tahun, sekitar kelas 1 SD tentu berbeda kebutuhannya dengan anak usia 16 tahun
yang setara dengan kelas 1 SMA. Beda kebutuhan, tentu beda yang duit
dibutuhkan. Maka menyamakan jumlah uang saku keduanya bukan keadilan. Sama halnya
menyamakan takaran isi piring sarapan keduanya, bukanlah keadilan.
Begitupula si
Imran. Karena kondisinya yang sedang sakit di kaki, tentu tidak adil jika
hukumannya disamakan dengan orang yang kakinya sehat.
Setelah memberi
pemahaman panjang lebar disertai analogi, santri yang lain baru paham. Walau
masih ada suara yang tidak terima, setidaknya lebih sedikit dari yang sudah
paham.
#30DWCJilid5
#Day10
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Asrama (1)
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Thursday, April 20, 2017
Rating:
Keren ustad yg satu ini. T.O.P👍
ReplyDelete