Raden Rahmat yang Menyedihkan

Suatu kali, seorang ustadz saya menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit Islam. Ujian yang menimpa beliau ketika itu adalah penyakit typus. Ketika ditugaskan untuk menemani beliau, saya lihat kondisi beliau sudah agak mendingan. Menurut dokter, jika hasil CRV keluar, boleh dirawat di rumah. Saya tidak mengerti istilah CRV itu. Setahu saya, itu hanyalah mobil Honda. J

Penyakit ini merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri bernama Salmonella Typhi. Penyakit ini memang sering terjadi di Indonesia yang beriklim tropis, dan dapat menyerang segala usia.

Kondisi tubuh yang tidak fit dan daya tahan tubuh yang menurun merupakan sebab terjangkitnya seseorang penyakit ini. Selain itu, banyaknya beban pemikiran juga dapat berpengaruh. Kondisi tubuh yang seperti itu, menyebabkan bakteri Salmonella Typhi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan air yang tercemar cepat berkembang biak. Setelah berkembang biak, bakteri akan bergerak menembus dinding usus halus dan menuju jaringan limpa, plak peyeri, hati, dan bagian lain setelah kembali dari pembuluh darah. Di organ-organ tubuh yang terserah inilah, bakteri mengeluarkan toksin hingga terjadi peradangan.

Ada bermacam gejala yang ditimbulkan, diantaranya, seperti; nyeri kepala, pusing, demam, mual hingga muntah, diare, batuk, perasaan tidak enak di perut hinga kejang. Jika tak tertangani dengan baik, akan menyebabkan demam tinggi, lidah bagian tengah menjadi kotor, kesadaran terganggu hingga mengigau, dan koma.

Alhamdulillah, beliau ditangani dengan cepat oleh tim dokter. Sehingga, kekhawatiran berlebihan tentang penyakit typus tidak terjadi. Semoga, penyakit ini menjadi penyebab gugurnya kesalahan-kesalahan -yang beliau sebagai seorang manusia biasa yang tak luput dari dosa- lakukan. La ba’sa tohurun, insya Allah.

Sebenarnya, saya hanya ingin menuliskan apa yang menjadi keprihatinan saya di RS Islam ini. Sebab sakitnya sang ustadz, menjadikan saya dan seorang kawan harus menyediakan waktu dari 6.00 a.m hingga 18.00 p.m menemani beliau. Dari waktu tersebut, saya tentu saja harus shalat di masjid rumah sakit sebanyak dua kali; dhuhur dan ashar. Jadi, beberapa paragraf di atas tentang typus hanyalah pengantar agar kita menjaga kesehatan. J

Dan, inilah yang sangat memperihatinkan; jamaah shalat dhuhur dan ashar di masjid tersebut sangat sedikit. Saking sedikitnya, jumlah jamaah bisa dihitung jari tangan, tanpa bantuan jari kaki. Padahal, masya Allah, seharusnya mereka (para pembesuk, dokter – perawat, penjaga pasien) harus banyak berdoa untuk kesembuhan si sakit. Atau, mereka hanya bergantung pada usaha dokter dan obat? Naudzubillah, jangan sampai ini terjadi. Bisa syirik, kan?

Terlebih lagi, RS ini berlabel Islam. Sudah seharusnya, rumah sakit seperti ini memperlihatkan bagaimana Islam memperlakukan orang sakit. Bagaimana Islam mengajarkan bahwa kesembuhan itu datangnya dari Dzat yang mendatangkan penyakit dan yang menyediakan penyembuhnya. Tidak hanya menjadikan Islam sebagai label, tok.

Satu hal lagi yang membuat dada ini terasa sesak, adalah kenyataan bahwa masjid di RS ini bernama Raden Rahmat. Terpampang dengan jelas, sebuah papan nama besar di sana Masjid Raden Rahmat. Tidak tahukah mereka siapa Raden Rahmat itu? Entahlah, apa yang terjadi jika Raden Rahmat yang dimakamkan di Surabaya dihidupkan kembali. Mungkin dia akan marah besar. Macam mana ada masjid mengatasnamakan nama saya, lalu jamaahnya hanya hitungan jari tangan?

Ah, mungkin sudah seperti inilah orang-orang hari ini memperlakukan masjid. Untuk membuat orang tertarik menuju masjid, di buatlah semegah mungkin, baik interior maupun eksterior. Namanya dipilihkan dari orang-orang saleh pendahulu mereka. Tapi apa daya, Ketua Pembangunan Masjidnya sendiri tidak hadir berjamaah di Masjid. Lebih parah lagi kalau Ketua DKM-nya yang tidak hadir. Hanya bawahannya (takmir) saja yang rajin hadir. Itupun karena sudah tugasnya harus selalu ada di Masjid. Menyedihkan!

[Hari ke-17 30DWC Jilid 4]
[Fighter Squad 8 dari Empire
Raden Rahmat yang Menyedihkan Raden Rahmat yang Menyedihkan Reviewed by Ibnu Basyier on Saturday, February 18, 2017 Rating: 5

2 comments:

  1. Ikutan miris membacanya. Fenomena masjid atau musholla yang tidak banyak jamaahnya banyak ditemui di tengah masyarakat kita :(

    ReplyDelete
  2. Raden Sayyid Ali Rahmad (Bong Swie Ho). Susuhunan (orang agung) Ngampeldenta. Bukan hanya marah, pasti Kangjeng Sunan akan menuntut atas pencatutan namanya!

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....

ads
Powered by Blogger.