Allah Berkacamata dalam Langit Makin Mendung
Dua hari lalu, saya mendapati sebuah cerita pendek yang menurut saya terlalu berani, vulgar dan bahkan nyeleneh. Jika saja saya tidak khawatir dikatakan radikal, maka saya juga akan mengatakan bahwa cerpen itu sesat. Di grup whatsapp pertama kali cerpen itu saya dapatkan, saya berkomentar seperti itu juga.
Sejujurnya, saya belum menamatkan cerita pendek itu sampai
sekarang. Padahal cerpen itu sudah saya simpan di word agar bisa menuntaskan
membacanya. Tapi, sejak saya download, saya baru masuk halaman 2 dari total 10
halaman A4 cerpen itu.
Dan, dari 1 halaman lebih itulah, saya memberikan penjelasan
sedikit dari yang saya ketahui. Tentang keberanian si penulis dalam mengangkat
tema cerpen, tentang vulgar dan nyelenehnya dia dalam mendeskripsikan tentang Sesuatu.
Cerpen itu berjudul Langit Makin Mendung dan ditulis oleh Ki
Panji Kusmin. Nama ini sepertinya samaran atau mungkin nama pena. Bukan nama
asli. Hingga sekarang, si penulis belum diketahui wujud aslinya dan siapa
orangnya.
Langit Makin Mendung terbit pertama kali di sebuah majalah
sastra edisi Agustus 1968. Majalah itu dipimpin oleh H.B Jassin. Konon, HB
Jassin akhirnya ditangkap dan dipenjara. Selain karena majalah itu dibawah kepemimpinannya, ia juga yang menjadi editor cerpen itu. Tuduhannya tidak main-main. Ia didakwa
telah menghina agama Islam. Sayangnya, HB Jassin tidak memberitahukan siapa
dibalik nama Ki Panju Kusmin, penulis Langit Makin Mendung tersebut.
Langit Makin Mendung bercerita tentang Nabi Muhammad –shallallalahu
alayhi wasallam– yang merasa gelisah dengan sedikitnya penduduk surga, dan
kebanyakan masuk ke neraka. Lalu kemudian, diceritakan, Nabi Muhammad –shallallalahu
alayhi wasallam– menghadap Allah. Beliau melapor ingin melakukan riset langsung
ke bumi untuk mencari tahu sebabnya.
Singkat cerita, setelah dialog yang lama dengan Allah, Allah
kemudian mengizinkan Nabi Muhammad –shallallalahu alayhi wasallam– untuk turun
ke bumi. Agar perjalanannya lancar, Allah berpesan agar beliau meminta Malaikat
Jibril untuk menemani. Setelah mengambil surat jalan dari Nabi Sulaiman di
bagian kesekretarian, keduanya pun turun ke bumi dengan Buraq.
Di mana letak kontroversi cerpen tersebut? Berikut ini
penjelasan saya di grup kepenulisan tempat saya menemukan cerpen itu pertama
kali. Kepada penduduk grup, saya mengatakan bahwa komentar saya terkait cerpen
itu dari sudut pandang seorang guru ngaji.
[Pertama] Deskripsi dan spesifikasi tentang wujud Tuhan
(baca: Allah) adalah perbuatan yang terlalu berani. Bahkan dalam alQur’an saja,
Allah tidak menyebut dirinya secara detail. Seperti yang disebutkan dalam
cerpen tersebut bahwa Allah menggunakan kacatama model kuno yang terbuat dari
emas.
Deskripsi Allah berkacamata berarti menyatakan bahwa Allah tidak sempurna (penglihatannya). Subhanallah. Maha Suci Allah dari sifat ketidaksempurnaan.
Deskripsi seperti ini sangat vulgar. Sesat malah, kalau
menurut orang radikal. Sebab, mendeskripsikan Allah terlalu berlebihan itu
dilarang. Kecuali berdasarkan informasi yang Allah dan nabi Muhammad berikan
saja.
Misalnya, dalam sebuah hadits, disabdakan oleh nabi Muhammad bahwa Allah punya tangan. Kanan dan kiri. Nah, deskripsi tentang Allah punya Tangan cukup sampai di sini saja. Tidak perlu kita membayangkan Tangannya Allah seperti ini dan seperti ini. Sebab Allah sendiri bilang bahwa Diri Nya berbeda dengan semua makhkuk ciptaan-Nya.
Misalnya, dalam sebuah hadits, disabdakan oleh nabi Muhammad bahwa Allah punya tangan. Kanan dan kiri. Nah, deskripsi tentang Allah punya Tangan cukup sampai di sini saja. Tidak perlu kita membayangkan Tangannya Allah seperti ini dan seperti ini. Sebab Allah sendiri bilang bahwa Diri Nya berbeda dengan semua makhkuk ciptaan-Nya.
[Kedua] Deskripsi bahwa penentu masuk neraka adalah raja
Iblis juga merupakan pemikiran nyeleneh. Sebab, dalam Islam, masuk surga dan
neraka itu hak preogratif Allah. Dan itu ditimbang dari perilaku umat manusia
selama di dunia. Adapun Iblis, ia adalah nenek moyang penghuni neraka. Oleh
Allah, ia sudah divonis neraka sebelum matinya.
[Ketiga] Di cerpen tersebut, digambarkan seolah-olah Allah
tidak Maha Tahu. Walaupun, penulis sendiri mengatakan sebaliknya, lewat dialog
nabi Muhammad. Misalnya dialog Allah kepada nabi Muhammad –shallallalahu alayhi
wasallam– seperti ini: "Jiwa-jiwa mereka kabarnya mambu nasakom."
Menurut saya, penggunaan kata “kabarnya” ini justru menafikan bahwa Allah Maha
Tahu.
[Keempat] Penulis mendeskripsikan Allah senyum penuh
pengertian penuh kebapaan. Wah, ini nyeneleh juga. Masak Allah punya sifat
kebapaan?
[Kelima] Nabi muhammad digambarkan berniat melakukan sogok
dalam dialog, "Tidak bisa mereka disogok?"
Ini kurang ajar namanya. Sebab, Nabi sendiri melaknat orang
yang memberi sogok dan penerima sogok. Berarti tidak mungkin beliau berniat
menyogok, apalagi melakukan sogokan. Sebab itu akan bertolak belakang dengan sabdanya.
[Keenam] Pada akhirnya, nabi Muhammad diizinkan turba alias
turun ke bawah. Bumi maksudnya.
Menurut pemahaman saya, ini tidak benar.
Ini kan ceritanya
nabi Muhammad udah wafat, dan sekarang berada di surga. Lalu ingin turun ke
bumi melakukan riset karena banyak umatnya yang masuk neraka. Ini, sekali lagi,
gak benar, menurut pemahaman saya.
Nabi Muhammad udah wafat. Jasadnya masih di bumi. Terbaring
di kompleks masjid nabawi. Artinya, jasad beliau belum sampai di surga. Dan
karenanya, penggambaran beliau mau turun ke bumi dari surge itu tidak berdasar.
Satu-satunya nabi yang akan turun ke bumi
nanti adalah nabi Isa. Bukan nabi Muhammad.
[Ketujuh] Di gambarkan, di atas sana seolah ada birokrasi
pemerintahan. Ada Soleman (mungkin nabi Sulaiman) di bagian sekretariat. Juga
ada polisi dan hansip.
Lah, ini justru
seperti cerita di Ramayana dan Mahabarata, walau tidak mirip-mirip amat. Di
mana ada penguasa langit, bumi dan bawah tanah. Ini juga nyeleneh.
Demikian catatan saya atas cerpen Langit Makin Mendung. Tujuh catatan untuk 1 halaman lebih yang saya baca. Semoga ada kesempatan untuk menuntaskan bacaan cerpen tersebut, dan menambah catatan lain tentangnya.
Manusia memang diberi kelebihan oleh Allah dengan adanya otak dan akal untuk berfikir. Dengannya, manusia mampu berfikir bebas, berimajinasi tanpa batas, dan menghasilkan banyak kreatifitas. Tetapi, perlu diingat, ada hal-hal yang bersifat fundamental yang tidak boleh sembarangan kita sentuh. Seperti masalah aqidah.
Semoga setelah Langit Makin Mendung, cuaca berubah menjadi cerah kembali.
Wallahu a’lam bish-shawab.
[Hari ke-4 30DWC Jilid 4]
[Fighter Squad 8 dari Empire of Writer]
Allah Berkacamata dalam Langit Makin Mendung
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Saturday, February 04, 2017
Rating:
No comments:
Terima kasih telah berkunjung. Semoga pulang membawa manfaat. Kalau ada yang tidak berkenan, tinggalkan di komentar....