Belajar Manajamen Perut
Pernah dengar istilah “manajemen”? Hm.. Pasti sering. Kecuali yang kuper alias kurang pergaulan. Manejemen adalah istiah umum untuk sesuatu yang bersifat atur-mengatur dan kelola-mengelola. Sederhananya seperti itu. Misalnya manajemen keuangan. Artinya, mengatur dan mengelola keuangan agar digunakan sebaik-baiknya dan sebagaimana mestinya. Ada banyak padanan lain dari kata ‘manajemen’.
Suatu ketika, saya didaulat untuk mendampingi beberapa santri tingkat SMA "magang" di sebuah desa. Kegiatan mereka di sana beragam. Walaupun beragam, tema besarnya tetap sama; Praktek Kerja Dakwah. Walaupun pendampingan yang saya lakukan hanya sehari-semalam, -kegiatan mereka selama enam hari, lima malam- banyak pelajaran berharga yang saya temukan di sana. Salah satu pelajaran berharga itu adalah tentang manajemen.
Sebelum lebih lanjut, saya ceritakan dulu garis besar kehidupan di desa tersebut. Sehari-harinya, nadi kehidupan masyarakat desa sudah di mulai pada pukul 02.30 dini hari. Kebanyakan mereka memiliki peternakan sapi perah, tapi tidak sedikit juga yang punya lahan pertanian sayur-sayuran dan sawah. Cuaca yang dingin sangat membantu kegiatan mereka.
Air yang melimpah tidak membuat mereka harus memiliki keran air. Gunung yang mengelilingi dan 3 air terjun yang dimiliki, membuat mereka tidak takut kehabisan air. Paradigma ‘air tidak akan habis’ ini ternyata membuat mereka tidak perlu menyediakan kloset untuk keperluan BAB. Ah, inilah sebenarnya inti dari tulisan ini. Hanya karena tidak ada kloset.
Untuk tempat tinggal, anak-anak menempati 3 rumah sebagai mess. Sedangkan para pendaming disediakan sebuah rumah sebagai pos pengawasan kegiatan. Untuk urusan makan-memakan, pihak sekolah sudah bekerja sama dengan salah seorang warga yang memiliki dapur prasmanan.
Sayangnya, dari semua mess yang ditempati, tidak ada satupun yang memiliki fasilitas kamar mandi yang cukup. Yang lebih parah, tidak ada satupun yang memiliki kloset untuk BAB. Sehingga, untuk keperluan BAB, para santri harus berebutan satu-satunya kloset yang dimiliki Balai Desa.
"Ah, rumit sekali hidup di sini, kawan!"
Kesimpulan sementara yang saya buat adalah warga desa tidak memerlukan kloset untuk BAB. Langsung ke sungai, dan urusan selesai. Kesimpulan ini tidak berdasarkan data ilmiah yang valid. Sehingga, tidak bisa dijadikan referensi ilmiah. Kesimpulan ini dibuat hanya berdasarkan ‘sangat sedikit’ data yang terlihat. Saya tidak bertanya kepada warga apakah ada yang memiliki kloset di rumahnya atau tidak. Sebab ini privasi, dan saya tidak punya kepentingan untuk menanyakannya. Saya bukan penyuluh kesehatan.
Berdasarkan kesimpulan sementara itulah, saya mendapat pelajaran baru mengenai manajemen. Oleh salah seorang pendamping, seluruh santri diwajibkan untuk bisa me-menej makanannya. Manajemen makanan yang dikonsumsi akan mengurangi kebutuhan menggunakan kloset. Sebab, jika makanan yang masuk perut diatur dan dikelola sedimikan rupa, dorongan untuk akftifitas BAB akan terminimalisir. Manajemen makanan juga berarti manajemen pencernaan dan usus. Menurut pengalaman, manajemen makanan yang dikonsumsi mampu menahan untuk tidak BAB selama 3 hari, bahkan seminggu.
Jangan tanya saya bagaimana hubungannya dengan kesehatan. Sekali lagi, saya bukan penyuluh kesehatan. Tapi, coba bandingkan jika 109 anak BAB setiap hari selama 6 hari di sawah-sawah, di selokan, di kebun, dan di tempat ‘aman’ lainnya jika tak sempat ke sungai. Bandingkan dengan jumlah pencemaran lingkungan yang terjadi jika mereka tidak me-menej makanan. Menurut saya itu lebih sedikit ‘mudharatnya’ dan lebih menyehatkan.
Masalahnya adalah anak-anak tetap saja tidak bisa me-menej makanannya. Bagaimana bisa jika makanan yang disediakan enak dan lezat, apalagi jika habis bergelut dengan sawah dan tahi sapi? Bahkan kata mereka, makanan di sana lebih nikmat daripada makanan di dapur umum sekolah. Pada akhirnya, mereka tetap harus antri di Balai Desa untuk BAB. Kasihan.
[Hari ke-11 30DWC Jilid 4]
[Fighter Squad 8 dari Empire of Writer]
[Fighter Squad 8 dari Empire of Writer]
Belajar Manajamen Perut
Reviewed by Ibnu Basyier
on
Saturday, February 11, 2017
Rating:
Hmmm..kasihannya...dan ternyata BAB adalah salah satu kebutuhan pokokn yg nggak bisa diabaikan penyalurannya..urgent..
ReplyDeleteAtur input maka output juga akan tratur
ReplyDelete